Hijaubiru: Novel/Buku -- Naik Gunung
Tampilkan postingan dengan label Novel/Buku -- Naik Gunung. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label Novel/Buku -- Naik Gunung. Tampilkan semua postingan

Sabtu, 11 Juli 2015

Rengganis (Altitude 3088)
Juli 11, 2015 2 Comments



Judul: Rengganis
Penulis: Azzura Dayana
Penerbit: Indiva Media Kreasi, Surakarta
Tahun terbit: Agustus 2014 (cetakan pertama)
Tebal: 232 halaman


Gunung Argopuro, Jawa Timur, terkenal sebagai gunung dengan jalur pendakian terpanjang seJawa. Namun itu bukan alasan untuk menyerah. Berdelapan, yaitu Fathur, Dewo, Nisa, Acil, Dimas, Ajeng, Rafli, dan Sonia, mereka berusaha menamatkan medan demi medan untuk mencapai puncak-puncak Argopuro. Salah satunya, puncak yang disebut Rengganis.

Namun, bukan cuma hutan hijau, savanna luas, danau biru, ataupun kumpulan merak atau kijang liar yang menyihir delapan sekawan itu. Argopuro menyimpan pesona tersendiri, yaitu pesona yang ditinggalkan salah satu ningrat dari Majapahit yang konon berdiam dan murca di gunung tersebut, Dewi Rengganis.

Ketertarikan dan rasa penasaran yang berlebihan memang tidak baik. Gara-gara terlalu ingin tahu dan cukup menantang, satu dari delapan sekawan itu hilang. Suatu pagi, ia tak ditemukan oleh teman-temannya. Ketujuh kawan yang lain, dengan sisa semangat yang ada karena sebelumnya sudah tertimpa kejadian alam tak terduga, mati-matian mencarinya. Hingga ketika ditemukan, suatu pengakuan mengejutkan keluar dari mulutnya. Demikian pula pengakuan seorang lain, yang sama-sama mengagetkan.

----------------------------------------------------

Dasar penggemar jalan-jalan, secara naluriah biasanya tangan saya langsung gerak ngambil buku dengan cover atau judul yang berhubungan dengan jalan-jalan. Apalagi kalau tentang pendakian. Namun, semenjak mencuatnya film pendakian beberapa tahun lalu, novel-novel bertema sejenis pun jamak bermunculan. Dan harus diakui, nggak semua novel-novel itu cocok sama selera saya. Ada yang nggak cocok gegara bahasanya terlalu verbal atau terlalu jurnalis, ada yang isinya 'dangkal' (sori yaa), ada yang jalan-jalannya cuma tempelan tapi fokusnya malah soal lain, tapi mayoritas karena tema utama yang diangkat (ya 11-12 sama alasan sebelumnya sih). Atau saya aja yang terlalu pemilih ya? Tapi karena banyak 'cendawan di musim hujan' itulah, kudu pilih-pilih. Ya kali semua novel yang temanya jalan-jalan diembat ke kasir *langsung ngeluarin kalkulator.

Kok jadi curcol?

Pertama kali ngelihat cover dan judul novel ini, otak langsung mengirimkan sinyal tertarik. Alasannya jelas, ini novel tentang pendakian. Apalagi tujuannya salah satu gunung yang saya target puncaknya juga, Argopuro. Dan lagi, pengarangnya Azzura Dayana. Sejauh yang saya tahu, novel yang ditelurkan Azzura Dayana selalu mengangkat tema perjalanan: Tahta Mahameru, Ranu (meski di Ranu, cerita soal perjalanan nggak begitu jadi fokus dan nggak terlalu banyak, menurut saya - ini novel duet dengan Ifa Avianty), dan yang terakhir saya tahu, Rengganis ini. Berekspektasi bahwa Rengganis sama inspiratif-puitisnya dengan Tahta Mahameru, novel ini pun saya culik ke kasir.

Inti novel ini pendakian delapan orang ke Argopuro. Titik. Selesai. Sudah? Belum.

Seperti yang sudah disebutkan, konflik utamanya soal salah satu teman mereka yang tiba-tiba hilang ketika pendakian. Hilangnya teman ini berhubungan dengan mitos mistis yang ada di gunung Argopuro soal Dewi Rengganis. Memang, sedari awal penulis sudah ngasih tanda-tanda kalau kemistisan gunung ini suatu saat akan menghampiri kelompok pendaki itu secara langsung. Kemistisan Argopuro dan Dewi Rengganis jadi tema utama yang diangkat.

Secara catatan perjalanan, novel ini cukup lengkap. Medan yang berurutan dan rincian kesulitannya hingga penggambaran panorama-panorama cantik yang dilalui rasanya sudah genap disebutkan. Nggak cuma digambarkan, di novelnya ada penggambaran berupa ilustrasi beneran. Bukan foto, tapi sketsa hitam putih seperti di bawah ini. Buat saya, cukup membantu plus membangkitkan imajinasi. Sekarang, jarang banget kan ada novel yang dilengkapi ilustrasi.

 

Ceritanya sendiri menarik (atau karena buat saya semua cerita pendakian selalu menarik ya? Hehehe), tetapi karena terlalu 'bahasa reportasi', rasanya jadi lebih mirip baca catatan perjalanan dibandingkan baca novel. Di Rengganis, rasanya kalimat-kalimat mengalir kurang lancar. Mungkin karena bahasa yang reportatif, jadinya kaku. Penggambaran yang ditulis pun akhirnya turut reportatif dan cenderung pakai perumpamaan yang jamak dipakai. Akhirnya, perasaan saya sebagai pembaca pun kurang terbawa.

Tokoh yang banyak (delapan orang) sebenarnya nggak bikin saya terganggu. Apalagi penulis sepertinya berusaha mencirikan satu tokoh dengan satu sifat khusus. Misalnya Nisa yang penakut, Rafli yang tegap-kekar tapi cenderung grudak-gruduk, Dimas yang alim, Acil dan Dewo yang bijak dan dewasa, atau Sonia yang bisa 'ngelihat'. Namun, ciri khas yang dikenakan masih sifat yang tergolong umum. Memang, ada penekanan karakter tersebut di beberapa adegan, tapi kadang keumuman itu bikin bingung saat baca, sehingga saat pertama baca, buka halaman depan dulu buat ngecek tokoh supaya nggak kebalik-balik. Tapi, bukan masalah besar kok. Hanya saja, ada percakapan-percakapan yang rasanya agak janggal karena lebih ke percakapan sehari-hari (mungkin saya terlalu ngebandingin sama Tahta Mahameru yang tiap kalimat & percakapannya sarat makna kali ya).

Satu hal yang bikin alis saya terangkat adalah konfliknya. Hingga separuh buku, kok konfliknya belum kelihatan? Iya sih, pertanda-pertandanya ada. Tapi, konflik besarnya apa, belum ketebak, nggak yakin dengan lanjaran yang ditampilkan. Mungkin aja ini salah satu cara supaya pembaca sabar baca sampai akhir. Namun biasanya, 'bau-bau' konfliknya macam apa sudah tercium di sepertiga awal. Di novel Rengganis ini, konflik pertama baru ditemukan di halaman lanjut. Setelah konflik mini itu selesai, baru dilanjutkan konflik inti seperti yang dicantumkan di sinopsis belakang buku. Konflik inti memang bikin penasaran, "Kenapa kok gini?" dan di akhir memang ada penjelasan, "Ooh ternyata karena ini". Tapi... nggak tahu lah, kayaknya ada yang kurang. Berasa kayak, "Lho, gini aja?" Rasanya, masalah yang diangkat masih bisa digali lebih dalam lagi supaya lebih seru.

Kalau nyari novel pendakian yang cerita pendakiannya bukan cuma tempelan, Rengganis memenuhi syarat. Dan resensi ini sudut pandangnya subjektif ya, kalau orang lain yang baca, tentu aja pendapatnya bisa beda. So, happy reading! Selamat berkelana dalam imaji! 

----------------------------------------------------

(PS: Argopuro emang terkenal rada wingit. Tapi ketika nggak nantangin, tetep waspada, plus percaya sama Yang Di Atas, insyaAllah nggak papa, sama seperti gunung-gunung lain. PPS: sebenernya semua gunung juga punya cerita wingit tersendiri)
Reading Time:

Rabu, 10 Juli 2013

Anak Gunung Jatuh Cinta
Juli 10, 20130 Comments


Judul: Anak Gunung Jatuh Cinta
Penulis: Fransisca Desiana
Penerbit: Puspa Swara
Tahun terbit: 2007 (cetakan I)
Ukuran: 19 cm
Halaman: 112


Icha sama sekali nggak menyangka bisa bertemu orang seperti Kharlly. Kharlly yang akhirnya menjadi sahabatnya, menjadi kakak baginya, menjadi orang yang menyemangati saat sama-sama sedang diklat Pecinta Alam, pun menjadi orang yang pertama turun ke jurang saat Icha jatuh saat pendakian.

Kharlly pula yang membuat Icha mengenal Wildan, yang akhirnya menjadi kekasihnya. Meski Kharlly pula yang meminta Icha menjauhi Wildan karena merasa Icha berubah.

Tapi Icha memilih tak menggubris peringatan Kharlly. Icha hanya bisa terenyak ketika melihat dengan mata kepala sendiri Wildan memang sedang bersama wanita lain.

Icha makin terpukul saat sekembalinya dari rumah sakit, Kharlly yang selama ini menemaninya ternyata sudah meninggalkan kota itu, pindah dan memilih menghilang dari pandangan Icha. Kharlly menitipkan sebuah paket untuk Icha, berisi buku harian yang menguak masa lalu Kharlly yang kelam, yang membuatnya ingin selalu melindungi Icha, membuatnya terpaksa menasihati Icha agar menjauhi Wildan karena masa lalu mereka.

Tapi terlambat. Kharlly sudah terlanjut pergi, menghilang tanpa jejak. Meningggalkan pesan agar Icha tak mencarinya, karena suatu hari nanti ia sendiri yang akan datang menemui Icha

------------------------------------------------------------------


Novel teenlit ini sama seperti novel-novel teenlit lainnya, yang mengutamakan cerita remaja dan cinta. Hanya bedanya, latar belakang para tokohnya adalah pendaki. Namun untuk jalan cerita keseluruhan, hampir sama dengan novel bergenre sama. Setting sekolah masih ada, banyak. Setting gunung diselipkan sedikit-sedikit, namun tak menceritakan gunungnya, lebih fokus pada tokohnya.

Hal tentang gunung yang bisa ditemui di sini adalah adanya istilah-istilah yang akrab di telinga pendaki seperti bivak, survival, navigasi darat, dll. Di halaman terakhir, diselipkan definisi istilah-istilah tersebut untuk memudahkan para pembaca yang bukan anak PA.




Reading Time:

Sabtu, 01 Juni 2013

Kecanduan Jalan
Juni 01, 20131 Comments

Kecanduan? Mayoritas orang kecanduan rokok, kopi, atau cokelat. Tapi ini, kecanduan jalan-jalan? Memangnya makanan yang namanya ‘jalan-jalan’ itu mengandung depresan atau halusinogen?

Kalau mengandung depresan, kayaknya nggak ya. Soalnya, jalan-jalan malah bikin kerja syaraf makin aktif. Jalan kesana-kemari, potret sana potret sini, jajal kuliner dari pusat kota sampai ujung pelosok. Nah, kalau halusinogen, nggak tahu lagi. Kan katanya kalau lagi fly, orang itu bakal ngerasa senang. Hal yang sama berlaku pada jalan-jalan! Kalau lagi travelling, orang kan cenderung merasa senang, hehehe. #apasih

Aaaanyway, karena termasuk orang yang kecanduan jalan-jalan, hampir semua buku yang saya temui di toko dan bertema ‘jalan-jalan’ biasanya akan saya embat ke kasir. Hingga hari ini, total terkumpul tujuh buku bertema travelling. Lumayan buat tambah-tambah ilmu.



TRAVELER’S TALE (resensi ada di sini)
Buku ini bentuknya novel. Menceritakan perjalanan empat sahabat, Francis, Farah, Retno, dan Jusuf yang tinggal di empat negara berbeda (tapi keempatnya orang Indonesia). Setelah bertahun nggak pernah ketemu, eh, tiba-tiba aja Francis ngundang mereka berempat ke nikahannya. Keempatnya pun berniat ngumpul di Barcelona, tempat nikahan Francis. Tentu saja nggak cuma ke Barcelona doang dong! Sebelumnya, mereka juga mampir di negara-negara sekitar, backpacking. Dari empat benua berbeda, keempatnya menuju Barcelona dengan membawa pertanyaan dari kisah merah yang mereka pendam sejak zaman sekolah.

5 CM (resensi ada di sini)
Novel yang menceritakan lima sekawan yang menggapai puncak gunung tertinggi di Jawa. Lima sahabat yang merasa tumbuh dan ngumpul bareng orang-orang di lingkaran yang itu-itu doang menganggap mereka sudah terlalu lama berada di zona nyaman. Akhirnya, diputuskan mereka berlima nggak ketemuan selama tiga bulan. Pada hari mereka bertemu, mereka bersua kembali di stasiun kereta yang akan membawa mereka ke Mahameru.

BAIT-BAIT SUCI GUNUNG RINJANI (resensinya saya taruh di sini)
Novel tentang gunung kedua yang saya temui (novel pertama adalah 5 Cm). Bab-bab awal menceritakan perjalanan Fajar dan Bambang treking melintasi alam gunung Rinjani yang memesona. Perjalanan makin berwarna saat mereka bertemu dengan rombongan pendaki lain, yang kelak akan menjadi teman mereka. Setelah pulang ke Jakarta, orang-orang ini pun terpisah oleh kesibukan masing-masing. Mereka baru bertemu saat salah seorang dinyatakan hilang (kabur dari rumah) dan akhirnya meninggal saat mendaki Rinjani. Fajar, yang ingin menapak tilas kematian teman seperjalanannya, memutuskan pergi ke Lombok. Siapa sangka di sana dia malah mendapat kejutan hebat?

NAKED TRAVELER
Sebetulnya buku berisi tips-tips perjalanan dan pengalaman Trinity keliling dunia ini sudah ada bervolume-volume, mulai dari warna orange, hijau, dan warna-warna lain (bilang aja lupa, Non!). Namun apa daya, waktu itu saya hanya bisa memeluk satu buku berwarna biru, sedang buku-buku berwarna lain menatap memelas, “Kenapa gue nggak ikut diambil?”. Hiks.
Buku ini sangat menarik dinikmati (dan dipelajari, hehehe). Meskipun isinya tips ataupun pengalaman travelling, tapi isinya nggak bikin bosan. Bukan tipe buku di mana banyak poin-poin kayak rangkuman. Pengalaman jalan pun, ditata apik dengan gaya bahasa yang kadang serius kadang lucu. Fun!

A MEMORABLE JOURNEY (resensi ada di sini)
Buku ini isinya gado-gado. Mulai dari pengalaman wisata ke patung Buddha di Hongkong, catatan-catatan perjalanan pendaki, hingga cerita rohani di dekat Ka’bah. 25 kilasan perjalanan tercatat di buku ini. Menyampaikan pesan pada para penjelajah agar tak sekedar menikmati pesona, namun juga mempelajari hal baru lewat perjalanan.

TAHTA MAHAMERU (resensi dipost di sini)
Faras bingung. Bingung menjawab, bingung merespon. Ikhsan menanyakan hal yang tak pernah terpikirkan oleh Faras, “Apa aku harus membunuh ayahku?”. Ya Allah, bagaimana gadis pucuk gunung yang lembut macam Faras bisa berteman dengan pendaki sekeras Ikhsan?
Lama tak ada kabar, Faras makin khawatir. Ditelusurinya jejak perjalanan Ikhsan satu per satu lewat email, berusaha mencari tahu alasan Ikhsan menghilang tahun-tahun belakangan ini. Penelusuran itu membuatnya makin paham kenapa Ikhsan menanyakan hal-hal tak lazim. Dan penelusuran itu, tanpa disadari, memiliki banyak hikmah untuk dipetik.

TRAVEL IN LOVE (resensi di postingan ini)
Dua sahabat. Tiga cinta. Satu perjalanan.
Paras dan Jatayu (cewek, bukan cowok) sama-sama terluka. Paras tersiksa dengan Kanta yang tak pernah berterus terang, sedang hati Jatayu patah karena Kelana meninggal saat mendaki. Memutuskan untuk melupakan cerita lama, sepasang sahabat ini melakukan perjalanan darat 30 hari: Bandung-Jepara-Karimun Jawa-Semarang-Jogja-Solo-Bali-Lombok.
Tapi apa jadinya jika dalam perjalanan mereka malah bertemu dengan sosok dari masa lalu, Kanta? Apa jadinya pula jika dalam perjalanan, mereka ditakdirkan berjumpa dengan harapan masa depan, Sean? Apa jadinya bila empat anak manusia ini bertabrakan di satu titik yang sama, membuat mereka tanpa disadari menyakiti satu sama lain?
Tapi, bukankah setiap cerita memang memiliki klimaksnya sendiri? Dan bukankah, setiap cerita memiliki akhir?

RENGGANIS (resensi ada di postingan ini)



















Rengganis, salah satu puncak gunung Argopuro, menjadi tujuan perjalanan delapan sekawan kali ini. Mereka harus mampu menghadapi medan alam dengan perangai yang berbeda-beda. Ditambah lagi di balik keindahannya, Argopuro memiliki trek pendakian terpanjang seJawa, plus satu kisah mistis tentang sang putri pemilik puncak: Dewi Rengganis. Konflik pun memuncak ketika salah seorang dari mereka menghilang. Dengan kondisi serba terbatas yang menimpa mereka, apa yang dapat dilakukan?


--------------------------------------------------------

Sebenarnya, ada buku-buku lain yang pernah saya baca. Namun sedihnya, ketiga buku tersebut bukan milik saya alias pinjam teman. Ketiga buku ini adalah:

THE JOURNEYS


Buku ini merupakan kumpulan catatan perjalanan para backpacker keliling dunia. Selebihnya, saya sudah lupa tentang buku ini lebih detail (maaf ^_^). Yang saya ingat, kalau mau cari destinasi perjalanan khususnya ke luar negeri, bisa kok tengok buku ini :)

99 CAHAYA DI LANGIT EROPA
Ternyata Islam di Eropa memiliki jejaknya sendiri. Mulai dari kisah Champ Elysees yang ternyata lurus dengan Makkah hingga sejarah terciptanya croissant yang berhubungan dengan penaklukan Austria oleh Turki. Melalui buku ini, penulis mengajak pembaca untuk menyelami kisah-kisah yang berhubungan dengan Islam di Eropa. Menarik. Buku travelling yang lain dari yang lain, menyorot Eropa dan travelling dari sisi berbeda.

JILBAB TRAVELER 

Semua perjalanan keliling dunia, atau keliling negara sendiri, berawal dari mimpi. Asma Nadia mengawalinya dengan memandangi magnet-magnet kulkas tetangga yang berasal dari seluruh penjuru dunia, sedang penulis lain memulainya dengan menggambar peta Australia, yang ingin dikunjunginya, di tembok kamarnya semasa masih SD. Jadi, tidak ada salahnya berani bermimpi karena mimpi toh setengah perwujudan dari keinginan seseorang.
Buku ini bercerita tentang perjalanan keliling dunia, hampir sama topiknya dengan buku travelling lain. Bedanya, kisah-kisah ini dituturkan oleh para muslimah. Cuma itu doang bedanya? Ya nggak dong. Buku ini membahas problematika muslimah di luar negeri sekaligus memberi solusinya. Mau makan? Hm... halal nggak ya? Mau shalat? Shalat di mana, masjid aja nggak ada! Atau... lho lho lho, kok gue dilihatin satpam? Lho, diikutin sampai parkiran, lagi! Masa gara-gara kain selembar di kepala gue, gue dikira mau berbuat yang enggak-enggak? Kendala yang sering ditemui oleh para muslimah, khususnya yang berjilbab mengingat ada orang-orang yang Islamphobia, dikupas di sini.
Plus, di dalam buku juga diberikan percakapan-percakapan sederhana traveller dalam beberapa bahasa. Masih plus lagi, tips-tips travelling mulai barang bawaan, lisensi, sampai tips menghindari kriminalitas. Alhamdulillah... Jadi, muslimah yang berjilbab nggak usah pake mengidap travellingkeluarnegeriophobia, hehehe.

Sweet Edelweiss (resensi ikut di sini)

Arin merupakan tipe gadis yang nggak banyak tingkah, tipe gadis-gadis pada umumnya. Tapi gara-gara pacarnya mutusin dia dan jadian sama anak Pecinta Alam, Arin jadi kepingin naik gunung juga, hanya karena pengen membuktikan ke mantannya, “Gue juga bisa kayak pacar lo yang baru”.
Kebetulan, Anna, kakak Arin, memiliki seorang teman Pecinta Alam bernama Keenan, yang ditaksir Anna. Konflik dimulai saat Keenan malah menyukai Arin, bukannya Anna. Anna sakit hati dan berniat membalas perbuatan adiknya.
Lalu di mana perjalanannya? Dalam novel ini, ada cerita saat Arin pertama kali mendaki gunung Gede dengan Keenan (pendakian pertamanya) dan petualangan Keenan dkk saat ekspedisi ke Cartensz. Lumayan lengkap :)

Gambar novel 'Sweet Edelweis' dicopas dari

--------------------------------------------------------

Selain buku-buku di atas, buku travelling lain yang saya tahu adalah buku Haram Keliling Dunia. Sayangnya, saya belum sempat beli. Sejauh ini sih, baru buku-buku itu aja yang saya tahu. Kalau ada yang tahu buku lainnya, boleh dong kasih info.

Oh iya, ada yang penasaran nggak, kenapa saya bikin postingan tentang kumpulan buku-buku travelling? (Narsis mode on.)

Alasannya nggak lain nggak bukan karena saya pernah ribet cari-cari buku travelling, mulai yang tips-tips travelling sampai novel tentang pendakian. Googling sana googling sini, mengumpulkan satu demi satu judul, mencari sinopsisnya. Persis kayak mencari satu demi satu keping puzzle yang hilang. Karena pernah mengalami hal seperti itu, tercetuslah ide bikin postingan ini supaya nggak ada orang lain yang menderita seperti saya. Hik hik. (Woi, WOOOOIII, ini bukan acara reality show!)

Singkatnya, saya rangkum jadi:

Buku ‘manual’ travelling:
Naked Traveler, A Memorable Journey, The Journeys, 99 Cahaya di Langit Eropa, Jilbab Traveler.

Novel travelling:
Traveler’s Tale, Travel In Love, 5 Cm, Sweet Edelweiss, Bait-Bait Suci Gunung Rinjani, Tahta Mahameru (4 judul terakhir terkait novel pendakian).

Kalau novel tentang pendakian, sebenarnya ada satu lagi, berjudul Anak Gunung Jatuh Cinta. Tapi, saya nggak memasukkannya ke dalam kategori travelling karena cerita naik gunungnya nggak seberapa banyak, lebih banyak ke cerita cintanya. Resensinya bisa dilihat di sini. Nah, kalau tentang keliling dunia, masih ada lagi satu buku berjudul Geography of Bliss tulisan Eric Weiner (sinopsis di situ dan juga belum saya post). Namun, buku yang bercerita tentang perjalanan seorang jurnalis keliling dunia untuk melihat bukti Teori Kebahagiaan ini lebih mentitikberatkan pada hubungan budaya dan kehidupan dengan kebahagiaan.

So, um, happy travelling?

(and reading)

Reading Time:
Bait-Bait Suci Gunung Rinjani
Juni 01, 20130 Comments



Judul: Bait-Bait Suci Gunung Rinjani
Penulis: Khaerul Sidiq
Penerbit: Dian Rakyat
Tahun terbit: 2009 (cetakan pertama)
Tebal: 310 halaman

Perjalanan memang tak cuma untuk menikmati alam, namun juga bisa menjadi ajang mencari teman. Hal itulah yang benar-benar terjadi pada Fajar dan Bambang. Mereka yang awalnya hanya berdua mendaki Rinjani, bertemu dengan kelompok pendaki lain: Ria, Anis, Robi, dan Aldo. Kebersamaan yang mereka bawa dalam perjalanan, menggoreskan kesan. Usai pendakian, keenamnya kembali dengan hidupnya masing-masing. Yang lain kuliah di universitas, sedang Fajar melanjutkan pendidikannya di pesantren.

Hanya sampai di situ?

Tidak. Hidup Fajar tidak bisa disebut lempeng-lempeng saja. Tokoh sentral ini banyak mengalami kejadian dalam hidupnya. Mulai dari mengais rezeki dengan mengamen di bus, menjadi saksi meninggalnya seorang pengamen kecil, hingga proses taaruf-nya dengan Imel yang kandas.

Semuanya mulai terlihat jelas saat Fajar kembali bertemu dengan Anis dan Robi yang sudah menikah. Ternyata Ria sudah meninggal! Padahal, baru beberapa bulan yang lalu Fajar bertemu Ria yang sedang caving. Saat itu, Ria bercerita bahwa dia kabur dari rumah. Sesaat kemudian, Ria dijemput karena ibunya sedang sakaratul maut dan sedang menunggunya. Sejak saat itu, Fajar tidak pernah bertemu Ria.

Berniat menapaktilasi Ria yang meninggal dalam pendakian ke Rinjani, Fajar mengiyakan ajakan Anis dan Robi. Betapa terkejutnya Fajar, mendapati Ria masih hidup. Malahan, keduanya bertemu saat sedang sama-sama berdiri di pelaminan, sebagai sepasang suami istri. Kok bisa?

-------------------------------------------------------------------------

Novel bernafaskan Islam ini overall menarik. Mulai dari cover hingga isinya (apalagi kalau isinya tentang pendakian, hehehe). Catatan perjalanan pendakian Rinjani cukup lengkap untuk ukuran novel. Isinya pun tidak hanya berfokus pada satu tema. Namun juga tentang cinta dan hidup pengamen jalanan. Untuk yang disebut terakhir memang cukup menjadi fokus. Apalagi, penulis adalah salah satu dari mereka. Salut bukan, untuk sebuah karya yang —disebut di sampulnya— lahir dari jalanan?

Namun, masih terdapat beberapa ejaan dan penggunaan tanda baca yang kurang tepat. Pun, dalam gaya bahasa masih terasa kaku meski diselipkan percakapan-percakapan gaul. Dalam narasi masih ada kalimat-kalimat yang mengganjal, yang sebenarnya bisa diperhalus agar emosi pembaca ikut larut. Secara personal, ada juga kalimat yang rasanya agak kasar.

Dari segi isi, cukup nano-nano rasanya. Seperti saya bilang di atas, temanya macam-macam. Jadi berasa ada beberapa cerita di satu novel. Mulai dari pendakian, cerita ngamen, junior yang meninggal misterius, dll. Meski ada sedikiit benang merah di antara cerita-cerita ini, tapi saya ngerasa justru ini yang bikin cerita detached. Macam, terlalu banyak isi yang bikin intinya kurang fokus.

Tapi, lepas dari itu semua, jempol untuk semangat penulis!
Reading Time:
A Memorable Journey
Juni 01, 20130 Comments


Judul: A Memorable Journey
Penerbit: Dar Insyirah
Tahun terbit: 2012(cetakan pertama)
Tebal: 200 halaman

Buku ini berisi 25 kumpulan catatan perjalanan para pemenang lomba yang digelar oleh Hamasah Komunitas pada 2011 lalu. Hampir sama dengan buku-buku travelling lain, buku ini juga menceritakan kisah-kisah berkesan (dan berhikmah) saat sedang melakukan perjalanan ke suatu tempat, mulai dari pendakian naik-naik-ke-puncak-gunung hingga pengalaman rohani di Makkah, mulai dari penjelajahan di negeri Zamrud Khatulistiwa hingga ke negara asing.

Judul-judul catatan perjalanan dalam buku ini:
  • Perjalanan Umrah yang Berkesan - Syifa Enwa
  • Unforgettable Moment in Tongging - Nurlaili Sembiring
  • Da'il Authaana Waghtarib - Mursalim
  • Semeru dan Sebuah Asa - Shabrina NH
  • Jogja, I'm in Love - Eka Nur Susanti
  • Ombak yang Tak Bersahabat - Azma Zarqaa
  • Orang Tua: Do'a Masa Depan - Riyadi Marshall
  • Cikuray, Maaf Tak Kuinjakkan Kaki di Puncakmu - Irwan Sanja
  • Mahameru Love Never The End - Avisa Guritna
  • Dieng, Percikan Surga di Tanah Tua Jawa - Bardatin Lutfi Aifa
  • Menjalin Persaudaraan di Lahat - Saepullah
  • Catatan Pelangi Tanah Bandung - Endang SSN
  • Wisata ke Patung Buddha (Giant Buddha) - Nyi Penengah  Dewanti
  • Satu Hari Menjelajah Tanah Karo - Nenny Makmun
  • Menjelajah Kebun Raksasa - Himmah Mahmudah
  • Perjalanan Itu Berakhir (Guntung) - Putra Afriansyah
  • Ngebolang ke Masjid Agung Jawa Tengah - Nuurus Saadah
  • Untuk Kedua Kalinya - Srimulyani
  • Indahnya Perjalanan ke Serambi Mekah - Rasmita Dila
  • Selusin Tahun Melancong di Tiga Negara Macan Asia - Okti Li
  • Makassarku, Kemenanganku - Estianna Khoirunnisa
  • Sebuah Perjalanan - Fransiska S Manginsela
  • Tiga Catatan Satu Perjalanan - Eneng Susanti
  • Baduy, Suku di Negeriku Tercinta - Encep Abdullah
  • Lebak Harjo, Keajaiban yang Ditemukan - Azzam Boo

Reading Time: