Kustbatterij Kedung Cowek, Bekas Benteng Belanda di Surabaya - Hijaubiru

Jumat, 10 November 2023

Kustbatterij Kedung Cowek, Bekas Benteng Belanda di Surabaya



 

Mendengar ada bekas benteng di Surabaya, telinga saya mencuat. Sekian lama tinggal di Kota Pahlawan, saya nggak pernah melihat langsung wujud benteng. Saya baru lihat yang namanya benteng justru saat berada di Yogyakarta, di Benteng Vredeburg. Padahal sebagai salah satu kota penting sejak zaman Belanda (bahkan sebelum Majapahit), harusnya Surabaya punya benteng, nggak sih?

 

Mungkin udah hancur nggak berbekas atau gimana, pikir saya waktu itu. Jadi saat baca sebuah laman berita bahwa ditemukan reruntuhan benteng bekas Belanda di pesisir utara Surabaya beberapa tahun lalu, saya tertarik. Pengin lihat, tapi (kalau nggak salah) aksesnya masih tertutup untuk umum saat itu. Sekarang, aset milik TNI itu sudah dibuka untuk umum.

 

[Disclaimer: tulisan ini memang dibuat dengan pengamatan lokasi dan merujuk referensi sejarah. Namun saya bukan ahli sejarah, sekadar penggemar, sehingga mungkin sekali kalau ada kesalahan/ketidakakuratan di tulisan ini karena saya keliru cari sumber atau salah interpretasi. Jadi soal sejarahnya silakan dicek kembali dan mohon maaf serta mohon masukan bila ada kekeliruan.]

 

Benteng Kedung Cowek (atau kustbatterij Kedoeng-Tjowek) dibangun Belanda di daerah Kedung Cowek pada awal abad 20. Tujuannya tentu buat pertahanan kota dari serangan arah laut. Yup, depan benteng ini langsung laut. Tepatnya Selat Madura. Pertahanan dari siapa? Dari musuh Belanda, tentunya.

 

Saat pecah Perang Dunia II dan Jepang merangsek ke Jawa, benteng ini jadi salah satu lini pertahanan pasukan Kerajaan Belanda meladeni armada Kekaisaran Jepang. Waktu PD II selesai dan Indonesia baru aja merdeka, benteng ini juga dipakai pejuang kita untuk menghalau tentara Sekutu yang balik ke Indonesia.

 


Benteng Kedung Cowek berbeda dengan umumnya benteng. Selama ini di bayangan saya, benteng itu semacam sistem tertutup. Dinding-dinding mengelilingi dan melindungi sebuah area di tengah. Ternyata enggak. Kalau dilihat-lihat, Benteng Kedung Cowek ini bentuknya seperti garis di sepanjang bibir pantai.

 

Bentuk ini nggak lepas dari fungsinya. Dalam bahasa Belanda, tempat ini namanya kustbatterij atau coast battery. Kantung pertahanan tepi laut. Jadi bentuknya memang bukan benteng melingkar, tapi kantung-kantung pertahanan di sepanjang lini.

 

Cuaca panas saat saya ‘main’ ke lokasi. Cuaca Surabaya memang terkenal sumuk, apalagi ini di tepi pantainya. Baru jam delapan, tapi keringat sudah siap menetes dari pelipis. Untungnya, makin mendekati lokasi benteng, ada banyak pohon-pohon tinggi. Pohon yang dirambati tumbuhan berbunga merah muda ini mengungkung dinding benteng. Bunga dan daun-daun hijaunya merambat ke dinding-dinding bercat putih/kuning yang usianya sudah seabad. Sekilas seperti enchanted castle di negeri dongeng.

 

Karena ia kustbatterij, maka dinding-dinding ini dibangun terpisah-pisah. Jadi total ada beberapa bangunan yang tak terhubung dan lokasinya terpisah-pisah. Ada dinding pertahanan, gudang amunisi, gudang diesel, dan beberapa bastion. Di bastion bundar, ada jejak semacam geretan. Seorang kenalan berkata kalau itu mungkin bekas jalur untuk meriam.

 

Benteng Kedung Cowek memang bukan tempat wisata. Mungkin, belum. Atau memang nggak difungsikan untuk itu. Dan mungkin karena baru ‘ditemukan’, kondisinya pun tampak seperti sesuatu yang baru disibak. Semak dan pohon di mana-mana. Namun, beberapa ruangan jelas telah dibersihkan dan dikosongkan sehingga kita bisa masuk.


 

Gimana di dalamnya?

Cukup luas, mungkin karena kosong melompong. Jendelanya tanpa pintu, mengantarkan cahaya dari matahari yang rasanya sedang bersinar tepat di atas kepala. Namun sisanya agak gelap. Dan seperti umumnya tempat yang nggak digunakan, pengap. Nggak kebayang dulu gimana para tentara berdiam di sini, sempit-sempitan, bau mesiu terbakar, dan memantapkan hati menghadapi pasukan musuh yang dar-der-dor dari arah laut.

 

[to be continued]

Next story: benteng Kedung Cowek dan perlawanan menghadapi pasukan Sekutu setelah kemerdekaan, Kedung Cowek masa kini






Ref:
Giffari, R.A. dan K. Y. Soekardi. (2021). “Component analysis at Fort Kedung Cowek buildings in Surabaya, East Java: observation on panopticon concept.” International Review of Humanities Studies 6: 428-452.
Nuffida, N. I. (2018). Fragmented continuum concept Museum of Kedung Cowek fortification. [Final project, Institut Teknologi Sepuluh Nopember].






Tidak ada komentar: