Guru Killer (?) - Hijaubiru

Rabu, 20 Februari 2013

Guru Killer (?)

Novel-novel memberitahukan bahwa guru-guru eksakta adalah kumpulan guru paling killer sedunia. Murid batuk dikit aja, si guru Fisika langsung balik kanan memelototi seluruh kelas. Gile ajeee! Batuk kan hak asasi manusia! Atau gini nih, si guru Matematika marah-marah ke muridnya yang belum ngerjain PR. Kalau dilogika kan wajar ya, murid nggak ngerjain PR trus gurunya marah. 

Tapi kenyataan mengajarkan pada saya bahwa guru-guru eksakta adalah guru paling keren sedunia. Coba, berapa orang guru yang bakalan bilang ke muridnya, "Nak, nilai itu tidak penting!" dan lanjutannya, "Yang penting, sudah seberapa besar usaha kamu untuk mencoba. Itu!". Atau seorang guru Fisika yang sama sekali nggak galak, namun malah bikin seisi kelasnya tegak antusias mengikuti pelajaran. Kelas Fisika saya zaman SMP nggak pernah sepi dari haha-hihi lantaran gurunya yang super fun kalau ngajar. Pun Kimia, meskipun gurunya nggak lucu, tapi selama 3 tahun di SMA, guru-guru Kimia kelas saya selalu menjelaskan dengan amat sangat gamblang sekali. Atau kenyataan bahwa guru-guru eksakta ini adalah orang-orang yang diam-diam menghanyutkan. Seperti salah dua guru Matematika dan Biologi yang super pendiam, ngomong irit, tapi pintarnya naudzubillah. Saking pintarnya, sampai-sampai kalau ngejelasin materi, muridnya suka bingung sendiri. Apa pasal? Ternyata begini: di otak si guru, dalam satu detik, dia sudah berpikir dari A hingga L. Namun, kecepatan mulutnya hanya A sampai D. Jadilah bicaranya kayak ngelompat-lompat saking cepetnya mikir, sampai mulut nggak bisa mengimbangi kecepatan berpikirnya.

Lalu kenapa guru eksakta sering digambarkan killer? Menurut saya sih, itu lebih pada orang yang menyatakan. Biasanya orang akan menyatakan sesuatu berdasarkan apa yang dia rasakan kan? Mungkin yang menyatakan punya pengalaman buruk dengan pelajaran eksakta, sehingga secara nggak sadar menggambarkan gurunya sebagai simbol pengalaman buruk itu #soknganalisis.

Dari tadi ngomongin kekerenan guru eksakta doang nih! Jadi guru non-eksak nggak cool gitu?

Ah, nggak. Saya juga punya guru non-eksak. Dan mereka super cool. Sebut saja guru Sejarah saya saat SMA. Salah dua di antaranya adalah pendongeng yang sangat baik, sehingga bikin murid-muridnya penasaran bagaimana cerita selanjutnya. Seperti percakapan saya dengan seorang teman.
"Tahu nggak, yang bikin aku tahan pelajaran hari ini itu apa?"
"Apa?"
"Soalnya hari ini ada Sejarah!" dia nyengir senang, ketawa-ketiwi kayak orang gila.
Lantas, kenapa banyak siswa ngerasa Sejarah itu ngebosenin yak? Share yuk! :)

Cuma Sejarah tok? Kagaaak! Guru Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris, maupun Bahasa Asing juga keren-keren. Gaya mengajarnya macam-macam, inovatif, nggak ngebosenin. Misalnya nih, guru B.Indo saya yang tiap awal pelajaran pasti mutarin musik. Jadi setiap pertemuan, di lubuk hati terdalam, murid-muridnya dibikin penasaran: apa ya musik yang disetel hari ini? Cara ngajarnya pun asyik. Acara ngerjain soal yang biasa-biasa aja pun jadi nggak biasa karena metode yang digunakan pun nggak biasa: mencongak, soal ditampilkan di LCD, dinilai, yang nilainya di bawah standar harus nyanyi. Membuat semua siswa semangat ngerjain supaya nggak disuruh nyanyi. Atau ngerjain soal berkelompok dan nanti tiap orang dalam tiap kelompok gantian maju, adu cepat menjawab soal yang sudah dikerjakan. Inovatif kan?

Kalau menurut saya sih, killer atau nggak, boring atau nggak, tergantung sifat tiap guru itu sendiri. Nggak bisa langsung men-judge: guru ini guru Fisika, dia pasti killer! Atau: guru ini guru bahasa, pasti baik deh! Nggak juga. Saya punya guru non-eksak, dan dia nggak baik. Jadi? Tergantung orangnya. Don't judge a person by their cover lesson they taught ;)

Tidak ada komentar: