Iduladha memang identik dengan daging. Siapa yang udah
bakar-bakar sate sejak Jumat lalu? Atau hari ini justru udah ngurangin konsumsi
gule karena kadar kolesterol udah melonjak naik?
Ngomong-ngomong soal daging, biasanya sebelum diolah, daging
akan diempukkan dulu supaya mudah dimasak dan teksturnya makin mantap. Cara
membuat daging empuk di antaranya ada yang dicampur buah nanas atau daun
pepaya. Setelah nanas atau daun pepaya
dicampurkan, tekstur daging akan jadi lebih lunak dan nggak alot lagi. Asal
nggak terlalu lama nyampurinnya. Soalnya pernah kami nyampurnya kelamaan dan
dagingnya hancur pas disate, hahaha.
Mengapa buah nanas dan daun pepaya bisa bikin daging jadi
empuk? Kenapa kalau diganti, misalnya, dengan buah mangga muda (yang sama
masamnya) atau daun ubi (sama-sama daunnya), daging tetap alot? Jawabannya:
karena buah nanas dan daun pepaya mengandung enzim bromelain dan papain.
Kedua enzim ini mampu melunakkan daging.
Bagaimana Enzim Mengempukkan Daging
Buah nanas mengandung enzim bromelain, sedangkan daun pepaya
mengandung enzim papain. Nah, dua enzim ini termasuk jenis enzim protease alias
enzim yang ‘bertugas’ memecah protein. Daging adalah protein sehingga bisa
‘dipecah’ oleh dua enzim ini.
Gimana mecahnya?
Simpelnya gini. Daging tersusun dari protein, yang artinya
mengandung banyak sekali protein. Protein-protein ini nggak kelihatan oleh mata
telanjang, tapi mereka saling bergandengan membentuk rantai sehingga nanti bisa
membentuk serabut otot/daging yang bisa kita lihat sekaligus pegang.
Di sinilah peran enzim masuk. Ketika bromelain atau papain
diurapkan ke daging, mereka bakal memotong ‘gandengan’ antarprotein itu. Karena
ikatannya terputus, struktur para protein jadi nggak sekokoh tadinya. Jadi,
deh, mereka menjadi lebih lunak karena nggak kokoh, sehingga mudah diiris dan
diolah. Atau kalau kasus sate di atas, dagingnya jadi hancur-cur-cur sekaligus
kayak remah-remah, hiks.
Zaman sekolah mungkin kita sering dengar kalimat, “Enzim
adalah katalisator reaksi kimia.” Katalisator berarti enzim bisa mempercepat
sebuah reaksi kimia. Dalam konteks pengempukan daging di atas, enzim di nanas
dan daun pepaya bisa bikin daging empuk lebih cepat.
Enzim-enzim
ini selain tersedia dalam bentuk alami (di buah dan daun tadi), juga ada yang
sudah diekstrak. Bentuknya literan. Di industri yang pakai bahan perdagingan
ada yang menggunakan bulk kayak gitu. Namanya industri, tiap hari harus
produksi dan bahannya ada banyak, serta harus diproses cepat. Kalau industri
pakai bahan alami, bisa aja, tapi mungkin akan makan waktu lebih lama padahal pace
di industri butuhnya cepat. Oleh karena itu dipakailah enzim yang sudah
diekstrak supaya prosesnya bisa lebih cepat.
'Wujud' Enzim
Dari
perjalanan daging-nanas-pepaya tadi, dulu sempat kepikir, 'Oh, jadi enzim
itu bentuknya cairan ya, yang terkandung di saripati nanas?' Tapi kalau
enzimnya sendiri tanpa kecampur lain-lain, bentuknya kayak gimana?
Ada yang
cair, ada yang padat. Saya baru pernah ngelihat yang cair. Kebetulan yang
dulu saya pakai kayaknya pada berwarna bening kayak air. Apa ada yang
berwarna, saya sendiri kurang tahu.
Lalu enzim
itu terbuat dari apa? Dulu pernah terlintas pula, kalau semua benda di bumi ini
pasti tersusun dari atom, enzim itu terdiri dari atom yang gimana?
Sebagian
besar 'tubuh' enzim tersusun dari protein. Ada juga bagian yang bukan protein,
tapi kita bahas proteinnya aja dulu. Protein ini bentuknya—kalau kata orang
Jawa—mbundheli. Kayak benang-benang besar dan kecil yang digulung jadi
satu. 'Benang-benang' yang membentuk protein ini tersusun dari senyawa-senyawa
yang namanya asam amino. Nah, asam amino ini yang tersusun dari berbagai atom.
Jadi
sederhananya kalau diurutkan dari komponen terkecil: atom -> (senyawa) asam
amino -> protein -> enzim.
Dulu kalau
nggak salah pernah ada dosen yang tanya, "Kalau enzim itu protein, kenapa
dia bisa memecah daging yang juga terbuat dari protein, tapi nggak merusak
dirinya sendiri? Kan sama-sama protein?"
Mikir juga
kami, kenapa ya... Usut punya usut, ternyata meski udah jelas itu protein,
ternyata protein ada banyak macamnya. Bisa dibedakan berdasarkan
struktur, berdasarkan fungsi, dsb. Beda susunan, fungsinya udah beda. Fungsi
tiap-tiap mereka juga spesifik banget.
Ibarat
manusia, di seantero bumi sekarang pun namanya semuanya "manusia".
Namun manusia di Eropa beda dengan yang di Asia. Secara umum sekilas sama, tapi
beda perawakannya, fungsi tubuhnya pun mirip tapi detailnya beda. Orang Eropa mayoritas aman
mengkonsumsi susu, sedangkan manusia Asia banyak yang lactose intolerant sehingga
mencret kalau minum susu murni. Orang Asia pun masih bisa digolongkan lagi: orang
Asia Timur beda dengan Asia Tenggara. Orang Asia Tenggara juga masih bisa
digolongkan lagi. Begitu seterusnya.
Sama kayak
protein (dan enzim). Secara garis besar penyusun enzim dan daging emang
sama-sama protein, tapi penyusun detailnya beda-beda sehingga sifatnya juga
bervariasi. Makanya enzim pemecah daging nggak bisa memecah 'tubuhnya' sendiri
meski sama-sama protein karena struktur daging dan si enzim beda, sehingga
sifatnya (thus tugasnya) juga beda.
Itu gambaran
sederhananya. Teknis banget, ya. Ngomongin enzim ini emang asik tapi kalau
digali ke dalam bisa jadi makin pusing. *sigh
Jadi, udah
masak menu daging apa aja? Atau mungkin ada yang ngempukin daging pakai cara
lain, nggak pakai nanas atau daun pepaya?
Image from Vecteezy
Temp~